Dinkes Garut Catat 569 Pelajar Diduga Keracunan Menu MBG

Para pelajar di Kadungora saat dilakukan penanganan di puskesmas

HAI GARUT – Kasus keracunan massal yang menimpa ratusan pelajar di Kabupaten Garut semakin menjadi sorotan. Dinas Kesehatan (Dinkes) Garut merilis data terbaru bahwa jumlah korban keracunan yang diduga berasal dari konsumsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG) mencapai lebih dari 500 orang.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, dr. Leli Yuliani, menyampaikan bahwa hingga Kamis (18/9/2025) malam, total ada 569 pelajar yang dilaporkan mengalami gejala keracunan setelah menyantap menu MBG pada Selasa (16/9) lalu.

“Berdasarkan data yang kami himpun dari sejumlah fasilitas kesehatan, total ada 569 pelajar yang diduga mengalami keracunan. Mereka tersebar di berbagai sekolah penerima program MBG,” kata Leli.

Gejala Keracunan Dialami Serentak

Para pelajar tersebut mengalami gejala serupa, mulai dari mual, muntah, pusing, hingga diare. Beberapa di antaranya bahkan sempat harus mendapat perawatan intensif di puskesmas dan rumah sakit terdekat.

Leli menambahkan, tim medis dari Dinkes Garut bersama puskesmas setempat terus melakukan pemantauan kesehatan terhadap para pelajar. “Sebagian besar korban sudah bisa kembali beraktivitas, namun masih ada yang harus menjalani observasi,” ungkapnya.

Tim Kesehatan Turun Lakukan Investigasi

Kasus ini langsung ditangani serius oleh Pemerintah Kabupaten Garut. Dinkes bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta kepolisian tengah melakukan investigasi mendalam terhadap sampel makanan yang disajikan dalam program MBG.

“Tim kami sudah mengambil sampel dari menu makanan yang dikonsumsi pelajar. Hasil uji laboratorium akan menjadi dasar untuk mengetahui penyebab pasti keracunan,” jelas Leli.

Program MBG Jadi Sorotan

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu program pemerintah yang ditujukan untuk meningkatkan gizi dan kesehatan siswa. Namun, kasus keracunan massal ini menimbulkan pertanyaan terkait mekanisme pengawasan dan standar kebersihan makanan yang disediakan.

Sejumlah orang tua siswa menyuarakan kekhawatiran atas keamanan makanan dalam program tersebut. “Kami berharap pemerintah benar-benar memperhatikan kualitas makanan. Jangan sampai niat baik malah berujung petaka bagi anak-anak kami,” ujar Rina, salah seorang orang tua murid.

Pemkab Garut Janji Evaluasi

Asisten Daerah I Pemkab Garut, Bambang Hafidz, menyampaikan bahwa pemerintah daerah tidak tinggal diam. Ia menegaskan akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan MBG, termasuk mekanisme distribusi dan kontrol kualitas makanan.

“Program ini sangat baik untuk anak-anak. Tapi keamanan pangan harus jadi prioritas. Kami akan berkoordinasi dengan seluruh pihak terkait untuk memastikan kasus serupa tidak terulang,” ujarnya.

Kondisi Terkini Korban

Hingga Jumat pagi (19/9/2025), mayoritas pelajar yang menjadi korban sudah diperbolehkan pulang dari fasilitas kesehatan. Meski demikian, Dinkes Garut tetap mengimbau orang tua untuk memperhatikan kondisi anak-anak mereka dan segera melapor jika gejala berlanjut.

Kasus ini menjadi pelajaran penting bagi pelaksanaan program gizi pemerintah. Harapannya, dengan investigasi mendalam dan evaluasi menyeluruh, program MBG dapat terus berjalan dengan lebih aman, sehat, dan bermanfaat bagi masa depan generasi muda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup