Wow! Anggaran Sapras SMAS PGRI Kurnia Kersamanah Tembus Rp 200 Juta Lebih

HAI GARUT – Publik kembali dikejutkan dengan besarnya alokasi dana pendidikan yang dikelola salah satu sekolah swasta di Kabupaten Garut. SMAS PGRI Kurnia, yang berlokasi di Kecamatan Kersamanah, tercatat mengelola dana pendidikan mencapai Rp 749.250000, pada 22 Januari 2025. Dari jumlah tersebut, sekitar Rp 201.667.500 dialokasikan khusus untuk pemeliharaan sarana dan prasarana (sapras) sekolah.
Sekilas, nominal tersebut mungkin tampak wajar jika disesuaikan dengan kebutuhan perawatan gedung dan fasilitas penunjang kegiatan belajar. Namun di tengah kondisi banyak sekolah yang masih kesulitan memperbaiki kursi rusak atau atap bocor, publik pun berhak mempertanyakan efektivitas serta transparansi penggunaan dana pendidikan tersebut.
Kepala SMAS PGRI Kurnia, Lina Lusiana, menegaskan bahwa seluruh anggaran yang digunakan telah mengikuti aturan dan mekanisme yang berlaku, termasuk melalui sistem ARKAS (Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah) yang menjadi dasar pengelolaan dana BOS.
“Kami tidak bisa membelanjakan dana BOS begitu saja, karena semua sudah diatur melalui ARKAS. Kalau tidak sesuai, otomatis tidak bisa disahkan, dan dana pun tidak bisa cair,” ujar Lina saat ditemui di kantornya, Senin (27/10).
Ia menjelaskan, alokasi besar untuk sarana dan prasarana bukan tanpa alasan. Sekolah yang berstatus sekolah model Yayasan PGRI Garut itu memiliki kebutuhan fisik dan fasilitas yang harus terus diperbarui untuk menunjang kenyamanan belajar siswa.
“Kalau Bapak-bapak lihat, di setiap kelas kami sudah dipasang kipas angin karena atap bangunan menggunakan bahan berjeruji, jadi ruangannya cukup panas. Kami juga punya pojok baca dan gazebo, semua dibangun sesuai alokasi dan juknis BOS,” tambahnya.
SMAS PGRI Kurnia dikenal sebagai salah satu sekolah swasta berprestasi di Garut. Deretan piala dan penghargaan akademik maupun non-akademik terpajang di ruang sekolah.
Lina menyebutkan, pihaknya bahkan berencana menambah rak piala di area depan sekolah sebagai bentuk apresiasi terhadap capaian siswa.
“Sekolah kami memang sudah menjadi sekolah model di bawah Yayasan PGRI. Jadi wajar kalau kebutuhan sarana dan prasarana juga lebih banyak,” jelasnya.
Meski pihak sekolah menegaskan bahwa penggunaan dana telah sesuai juknis BOS, publik tetap berharap agar transparansi dan pengawasan pengelolaan dana pendidikan terus diperkuat.
Dengan nilai anggaran yang mencapai ratusan juta rupiah, akuntabilitas lembaga pendidikan menjadi hal krusial agar setiap rupiah benar-benar kembali untuk kepentingan siswa dan peningkatan kualitas pembelajaran. (Red)






